Keren, Program Jokowi ‘Terbukti’, RI Ketiban Durian Runtuh Rp 542 Triliun dari Proyek Nikel
FAKTAJAYA NEWS, JAKARTA – Akhirnya Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) buka-bukaan, Indonesia ketiban “durian runtuh” dari program Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), khususnya dari program hilirisasi nikel di dalam negeri.
Terkait dengan itu, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebutkan, Indonesia mendapatkan keuntungan dari hilirisasi nikel pada tahun 2023 lalu saja mencapai US$ 33,5 miliar atas setara Rp 542,06 triliun (asumsi Rp 16.183 per US$). Nilai ini naik pesat dibanding dengan saat Indonesia belum menjalankan program hilirisasi nikel.
“Kita menyetop (ekspor nikel mentah), dan kemudian kita membangun industri dalam negeri. Masif kita lakukan. Apa yang terjadi? 2023 nilai ekspor kita dari hasil hilirisasi nikel mencapai US$ 33,5 miliar,” jelas Bahlil dalam Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Kamis (11/7/2024).
Bahlil mengatakan, bahkan pada 2017-2018 pendapatan Indonesia sebelum melakukan hilirisasi nikel dan hanya mengandalkan ekspor nikel mentah hanya sebesar US$ 3,3 miliar setara Rp 53,35 triliun.
“Tepat pada bulan Oktober 2019 kami mendorong hilirisasi pertama di sektor nikel. Ekspor kita nikel di tahun 2017-2018 hanya US$ 3,3 miliar. Hanya US$ 3,3 miliar. Kemudian kita menyetop ekspor orang nikel ke Eropa,” ujarnya.
Dengan begitu, Bahlil menilai hilirisasi merupakan salah satu cara menuju Indonesia Emas.
“Hilirisasi adalah sebuah jalan untuk menuju Indonesia emas. Maka ketika saya masuk di pemerintah, bahwa Presiden Jokowi memerintahkan kami untuk segera memikirkan langkah-langkah komprehensif terukur untuk merealisasikan investasi. Di bidang hilirisasi,” tandasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi membeberkan bahwa nilai ekspor nikel hasil dari program hilirisasi melejit signifikan. Tak tanggung-tanggung, nilai ekspor nikel hasil hilirisasi tersebut telah tembus hingga Rp 500 triliun.
Melonjaknya nilai ekspor nikel dari hilirisasi ini sudah sering diucapkan Presiden Jokowi. Maklum, sebelum ada hilirisasi, pada periode 2017-2018, nilai ekspor bijih nikel Indonesia hanya US$ 3,3 miliar atau Rp50-an triliun.
“Saat sebelum dibangun industri smelter, kita mengekspor mentah bertahun-tahun. Ekspor yang hanya mentahan nikel, nilainya setiap tahun kurang lebih Rp 30 triliun. Begitu smelter dibangun ekspor kita mencapai Rp 500 triliun,” kata Jokowi dikutip, Senin (1/7/2024).
Jokowi menilai naiknya nilai ekspor nikel hasil hilirisasi tak hanya menguntungkan perusahaan saja akan tetapi juga Indonesia dalam bentuk penerimaan negara yang meningkat. Misalnya dari pajak perusahaan, pajak penghasilan karyawan, hingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
“Yang untungkan perusahaan? Tidak seperti itu. Karena lompatan rupiah tadi saya katakan, kita memungut namanya pajak perusahaan, pajak karyawan, royalti kita dapat, biaya ekspor kita dapat, PNBP kita dapat semuanya,” jelasnya.(red)
sumber : berbagai sumber