Terjadi Lagi, 41Gempa Susulan Pasca Gempa 6,0 di Yogyakarta.

FAKTAJAYA.COM, YOGYAKARTA – “Sebanyak 41 kali kembali terjadi gempa susulan pasca gempa 6,0 di selatan Yogyakarta,” demikian dikatakan Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangannya, Sabtu (1/7/2023).
Belakangan, dikutip dari detikJateng, satu warga Pedukuhan Wonodoro, Kalurahan Mulyodadi, Kapanewon Bambanglipuro, meninggal dunia. Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Bantul Antonio Hutagaol menjelaskan warga tersebut meninggal dunia karena kaget, bukan karena tertimpa reruntuhan material bangunan.
“Ada satu warga Mulyodadi atas nama Sudirah 67 tahun meninggal dunia karena kaget dan terjatuh dari tempat tidur saat gempa,” kata Antonio, Jumat (30/6) malam.
Sementara dari informasi Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY Wahyu Pristiawan Buntoro mengatakan, beberapa orang mengalami luka akibat gempa Bantul 30 Juni 2023. Ada sembilan orang luka-luka.
“Korban luka ada 9, rinciannya 5 di Bantul, 2 di Gunungkidul, 1 di Sleman dan 1 di Kulon Progo. Selanjutnya 1 korban meninggal dunia ada di Bantul. Penyintas 5 KK di Padukuhan Kuwon Kidul, Pacarejo, Semanu, Gunungkidul,” katanya, Sabtu (1/7).
Korban luka telah mendapatkan penanganan dan perawatan oleh PSC 119 Dinkes Bantul, PMI Bantul, RSPS, RS PKU Muhammadiyah Bantul dan RS UII.
“Sedangkan total dampak (kerusakan gempa) wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta 137 unit,” kata Pristiawan Buntoro kepada wartawan, Sabtu (1/7/2023).
Pristiawan merinci kerusakan 137 unit itu meliputi:
-106 rumah rusak baik ringan maupun sedang
-12 unit fasilitas perkantoran rusak
-5 unit fasilitas ibadah rusak
-3 unit fasilitas usaha
-2 unit fasilitas kesehatan
-3 unit kandang ternak.
Penyebab Gempa
BMKG mengungkap penyebab gempa Bantul pada 30 Juni 2023. Diketahui, gempa tersebut bermagnitudo M 6,4.
“Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo 6,” kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, Jumat (30/6/2023).
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” jelasnya.(red)