Mengapa Dajjal ‘Tidak Disebut’ di Dalam Al-Qur’an?
FAKTAJAYA NEWS, JAKARTA – Munculnya Dajjal menjadi satu dari sekian banyak tanda-tanda kiamat. Sekalipun, keberadaan Dajjal tidak disebutkan secara jelas di dalam Al Qur’an.
Sedangkan, pengaruh Fitnah Dajjal sangat besar, sehingga para nabi memperingatkan umatnya mengenai keberadaan makhluk tersebut. Ibnu Umar RA berkata;
Bahwa Nabi Muhammad SAW berdiri di hadapan manusia, lalu memuji Allah. Dia satu-satunya yang paling berhak dipuji kemudian beliau menyebutkan masalah ad-Dajjal dan bersabda; “Sungguh aku mengingatkan kalian tentangnya dan tidak ada seorang nabi pun kecuali telah mengingatkan kaumnya tentang Dajjal itu. Sungguh Nabi Nuh AS telah mengingatkan kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian tentangnya yang para nabi (sebelumku) belum pernah mengatakannya, yaitu bahwa ad-Dajjal itu a’war (buta sebelah matanya) dan sesungguhnya Allah tidaklah buta sebelah,” (HR Bukhari No. 2829)
Apalagi dalam buku Kiamat Tanda-tandanya tulisan Manshur Abdul Hakim dijelaskan bahwa Dajjal sangat hina di mata Allah. Dengan demikian, hanya orang-orang yang benar-benar beriman yang dapat selamat dari Finah Dajjal.
Pertanyaannya, meski berbahaya, mengapa tidak ada ayat yang menyebut tentang Dajjal dalam Al-Qur’an?
Mengacu pada sumber yang sama, alasan lain tidak disebutnya nama Dajjal dalam Al-Qur’an ialah sebagai penghinaan terhadapnya, sebagai manusia yang mengaku dirinya Tuhan.
Bagi Allah SWT, nama Dajjal terlalu hina untuk disebut, terlalu kecil dan tidak berarti untuk diceritakan ataupun diperingatkan tentang pengakuannya.
Meski demikian, utusan-utusan Allah seperti atas izin-Nya telah membantu menjelaskan kepada umatnya masing-masing mengenai Dajjal dan betapa menyesatkan perbuatan-perbuatannya.
Bahkan menyebut nama Dajjal dalam kitab suci Al-Qur’an terlalu hina bagi keagungan Allah SWT.
Isyarat Dajjal
Meski tidak disebutkan secara gamblang, terdapat sebuah ayat yang mengisyaratkan keberadaan Dajjal, yaitu surah Al An’am ayat 158.
يَوْمَ يَأْتِى بَعْضُ ءَايَٰتِ رَبِّكَ لَا يَنفَعُ نَفْسًا إِيمَٰنُهَا لَمْ تَكُنْ ءَامَنَتْ مِن قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِىٓ إِيمَٰنِهَا خَيْرًا
Arab latin: Yauma ya`tī ba’ḍu āyāti rabbika lā yanfa’u nafsan īmānuhā lam takun āmanat ming qablu au kasabat fī īmānihā khairā.
Artinya: “Pada hari datangnya beberapa ayat dari Tuhan-mu (tanda-tanda kiamat) tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri, yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya,”
Sebagaimana diterangkan dalam buku Huru Hara Hari Kiamat tulisan Ibnu Katsir, menurut riwayat Abu Isa At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tiga hal, yang apabila telah muncul (terjadi), maka iman seseorang yang sebelumnya tidak beriman tidak bermanfaat bagi dirinya atau dia tidak mengerjakan kebaikan dalam masa imannya: Dajjal, Dabbah, dan terbitnya Matahari dari barat,”
Nabi Isa AS Membunuh Dajjal
Nabi Isa AS akan turun ke Bumi untuk membunuh Dajjal, sebagaimana tersemat dalam hadits. Sementara itu, pada Al-Qur’an diterangkan dalam surah An-Nisa ayat 157-159.
“Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. An-Nisa: 157-159).
Dalam tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa dhamir pada kata-kata: “Qabla mautibi” merujuk kepada Isa. Maksudnya, dia akan turun lagi ke bumi, dan orang-orang Ahli Kitab yang berselisih pendapat mengenainya dengan sangat antagonis, akan beriman kepadanya, baik yang menganggapnya tuhan, yakni kaum Nasrani, maupun yang mengucap dusta besar mengenai dia, bahwa kelahirannya diragukan sebagai anak siapa, yaitu kaum Yahudi.
Apabila Nabi Isa telah turun kelak menjelang Hari Kiamat, maka menjadi nyatalah kedustaan mereka masing-masing. Turunnya Nabi Isa AS menjadi isyarat kemunculan Dajjal.
Cara Berlindung dari Dajjal
Berlindung dari gangguan Dajjal bisa dilakukan dengan memohon kepada Allah agar dilindungi dari fitnahnya. Hal tersebut diajarkan dalam hadits-hadits shahih yang diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW meminta perlindungan dari fitnah Dajjal dalam sholatnya, ia juga meminta umatnya melakukan hal yang sama, yakni dengan berdoa.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Arab latin: Allahumma inni audzubika min ‘adzabi jahannama wa min adzabil qabri wa min fitnatil mahya wal mamati, wa min syarri fitnatil masihid dajjal.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari azab jahanam, dari fitnah kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah si Picak Dajjal,”
Selain itu, bisa juga tinggal di Makkah atau Madinah. Masih dari buku Huru Hara Hari Kiamat, menurut riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Di mulut-mulut jalan kota Madinah ada malaikat-malaikat, (sehingga) kota ini takkan dimasuki wabah penyakit maupun Dajjal,”
Al-Bukhari meriwayatkan pula bahwa perawi hadits ini menyatakan ia diceritai oleh Abu Bakar dari Nabi SAW bersabda:
“Madinah takkan dimasuki rasa takut terhadap si Picak Dajjal. Karena pada waktu itu kota ini memiliki tujuh pintu, masing-masing dijaga dua orang malaikat,”
Hal ini dikarenakan kemuliaan kedua kota tersebut yang mana merupakan Tanah Haram dan aman dari gangguan Dajjal. Ia hanya bisa datang di wilayah yang tidak subur dekat Madinah, kala itu bergoncanglah kota Madinah tiga kali.
Kemudian, menghafal 10 ayat terakhir dari surah Al Kahfi secara rutin juga bisa melindungi diri dari Dajjal. Imam Al Hafidh Abu Abdillah Adz Dzahabi berkata, memohon perlindungan dari Dajjal adalah suatu hal yang diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi Muhammad SAW, seperti yang diriwayatkan oleh Abu DAwud dari Abu Darda, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menghafal sepuluh ayat dari surah Al Kahfi, maka dia akan terpelihara dari fitnah Dajjal,”(red)
sumber : detikhikmah